Rabu, 01 September 2010

BUDHA DHARMA DAN SEKSUALITAS

Oleh: Jo Priastana

Penerbit: Yasodhara Puteri Jakarta, 2004

            Citra kencantikan dikontruksikan oleh kaum insdustri kapitalis seperti iklan yang ditawarkan  dalam media massa. Padahal dalam beatuty secrets, women and the politics of appearance(1986), kencantikan seperti yang ditawarkan itu akan mengubah bentuk wajah dan tubuh seseorang menjadi apa yang ingin dicitrakan sutau merk produk kecantikan atau program kecantikan.

             “Untuk mendapatkan bibir yang menawan, ucapkanlah kata-kata kebaikan; untuk mendapatkan  mata yang indah, carilah kebaikan pada diri setiap orang; untuk memdapatkan badan yang langsing, berbagilah makanan bagi mereka yang kelaparan.....untuk mendapatkan tubuh yang indah, berjalanlah dengan ilmu pengetahuan.....kecantikan perempuan tidak terletak pada pakaian yang dikenakan, bukan karena kehalusan wajah dan bentuk tubuh.....tetapi pada matanya: cara iya memandang dunia, karena dimatanya terletak gerbang menuju setiap hati manusia, dimana cinta dapat berkembang”.(majalah budhis indonesia, edisi ke 84-2000)

            Seksualitas merupakan fenomena yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Seturut dengan perkembangan jaman yang semakin maju, dan demokratis, maka seks pun semakin tidak lagi tabu untuk dibicarakan. Lebih dari itu, seks yang semakin terbuka itu ternyata juga merembes dalam berbagai pola pergaulan manusia sekarang melalui macam-macam perwujudan.

            Maraknya keterbukaan seksualitas dalam berbagai macam bentuk dan perilakunya itu juga dikhawatirkan akan semakin meredupkan nilai moralitas dan spiritualitas seksualitas itu sendiri. Seksualitas jauh dari kasih sayang dan tanggung jawab manusia. Seksualitas yang hanya mencerminkan kecenderungan banyak orang menafsirkan kehidupan dari tolak ukur nilai kebendaan saja.

            Apakah seks telah sungguh-sungguh berubah menjadi bukan apa-apa kecuali sekedar alat untuk memperoleh kenikmatan? Apakah seks telah sungguh-sungguh dan sama sekali lepas dari unggsur spiritual? Apakah seks memang suatu yang negatif dan harus diemohkan sama sekali dalam menggapai kesadaran kebudhaan? Apakah moralitas mengenai seksualitas mengekang kebebasan dan mengerdilkan kesadaran moral manusia? Bagaimana hubungan seksualitas dalam perjalanan spiritual dan cita-cita kesempurnaan seorang budhis.

Resensi: Antonius sukoco

Tidak ada komentar:

Posting Komentar